Sahabat.com - Manajer tim kickboxing Indonesia untuk SEA Games 2025, Rosi Nurasjati, memperoleh dukungan moral dari atlet dan pelatih setelah mengalami perlakuan yang dinilai merugikan saat berada di Thailand. Peristiwa tersebut melibatkan WAKO Asia dan menyisakan polemik serius yang kini hendak dibawa ke ranah legislatif.
Sejumlah atlet dan pelatih angkat suara membela Rosi. Salah satunya Andi Mesyara Jerni Maswara, atlet Kick Boxing Jawa Barat yang sukses meraih medali di nomor Point Fighting Putri -50 kg. Dukungan serupa juga disampaikan oleh pelatih Sadarmawati Icen.
Bagi mereka, Rosi bukan sekadar manajer tim. Sosoknya dikenal selalu hadir mendampingi atlet dari satu arena ke arena lainnya, memastikan kebutuhan dasar terpenuhi, mulai dari asupan makanan, waktu istirahat, hingga menjaga kondisi mental atlet di tengah tekanan kompetisi internasional.
“Masalah ini sangat urgent. Kami takut nama baik Indonesia ikut tercoreng. Kami butuh DPR RI mendengar dan turun membantu,” ujar Pelatih Icen kepada wartawan, Kamis (18/12/2025).
Ke depan, Rosi berencana menyampaikan laporan resmi kepada Komisi X DPR RI dengan didampingi para atlet. Ia berharap persoalan yang menimpanya tidak dipandang sebagai masalah personal semata, melainkan isu yang menyangkut kehormatan Indonesia di kancah olahraga internasional. Rosi juga menaruh harapan agar pemerintah turut memberi perhatian, termasuk Menteri Pemuda dan Olahraga Erick Thohir serta Presiden Prabowo Subianto.
Awal Mula Persoalan
Masalah ini bermula ketika WAKO Asia melontarkan tuduhan administratif terhadap Rosi saat dirinya sedang mendampingi atlet Indonesia. Tuduhan tersebut menyebar di internal organisasi tanpa disertai proses klarifikasi maupun ruang pembelaan.
Padahal, Rosi telah lama berkecimpung di dunia olahraga bela diri nasional. Ia bukan pejabat struktural atau pengambil kebijakan, melainkan figur pendamping yang memilih berada di garis belakang untuk memastikan atlet muda tetap fokus dan tidak goyah.
Namun ketika persoalan muncul, ia mengaku harus menghadapi semuanya sendirian.
“Saya menyayangkan adanya tuduhan keji seperti ini. Tidak ada yang memberi solusi. Saya laporkan ke Ketum PP KBI, tapi jawabannya hanya, ‘saya sedih mendengar ini’,” jelasnya.
Menurut Rosi, sebagai pendamping atlet yang bertugas membawa nama Merah Putih, seharusnya ada bentuk perlindungan yang jelas. Sayangnya, hal tersebut tidak ia rasakan.
“Saya ini perempuan yang mendampingi atlet berjuang untuk Merah Putih. Seharusnya ada perlindungan. Ini kasihan loh, seorang ibu-ibu yang tugasnya menjaga mental atlet kok malah diperlakukan begini,” tuturnya.
Kendala komunikasi juga terjadi dengan pengurus NOC Indonesia. Rosi mengaku sempat diyakinkan bahwa situasi terkendali dan ia tidak perlu kembali ke Tanah Air lebih awal. Namun setelah tiba di Indonesia, komunikasi terhenti. Pesan dan panggilan teleponnya tak lagi mendapat respons.
Di mata para atlet muda, Rosi memiliki peran yang jauh melampaui jabatan formal. Ia menjadi tempat bersandar saat tekanan memuncak, tempat mencurahkan emosi ketika kegagalan datang, serta sosok yang memberi arah ketika mereka berada di persimpangan mental dalam kompetisi internasional.
0 Komentar
Suporter Se-Bogor Raya Gelar Silaturahmi, Teguhkan Solidaritas dan Tolak Politisasi
Beijing Tuan Rumah Kejuaraan Akuatik Dunia 2029
Proliga 2024 akan Berlangsung di Sembilan Kota
Jokowi harap Kemenangan Timnas eFootball Indonesia jadi Inspirasi
Jadwal Jumat: Perempat Final Piala Asia Hingga Thailand Masters
Leave a comment